Minggu, 27 Juni 2010

kitab tauhid bab I TAUHID [HAKIKAT DAN KEDUDUKANNYA]

TAUHID
[HAKIKAT DAN KEDUDUKANNYA]

Firman Allah:
“Tidak Aku ciptakan jin dan Manusia melainkan
hanya untuk beribadah* kepada-Ku.” (QS. Adz –
Dzariyat: 56 ).

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul
pada setiap umat (untuk menyerukan): “Beribadalah
kepada Allah (saja) dan jauhilah thaghut** ” . (QS. An
– Nahl: 36).

“Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan beribadah kecuali hanya kepada-Nya, dan
hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”
dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan, dan ucapkanlah: “Wahai
Tuhanku, kasihilah mereka keduanya sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”?(QS.
Al – Isra’: 23-24).

“Katakanlah (Muhammad) marilah kubacakan apa
yang diharamkan kepadamu oleh Tuhanmu, yaitu
“Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan
Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang tuamu,
dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu
karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rizki
kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu
mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang
nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan
janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu
(sebab) yang benar. Demikian itu yang diperintahkan
oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami
(nya). Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim,
kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga
sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan
timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban
kepada seseorang melainkan sekedar
kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka
hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun dia adalah
kerabat(mu). Dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.
Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-
Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu
mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang
demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar
kamu bertakwa.” ( QS. Al An’am: 151-153).
Ibnu Mas’ud t berkata: “Barang siapa yang ingin
melihat wasiat Muhammad r yang tertera di atasnya
cincin stempel milik beliau, maka supaya membaca
firman Allah I : “Katakanlah ( Muhammad ) marilah
kubacakan apa yang diharamkan kepadamu oleh
Tuhanmu, yaitu “Janganlah kamu berbuat syirik
sedikitpun kepadaNya, dan “Sungguh inilah jalan-Ku
berada dalam keadaan lurus, maka ikutilah jalan
tersebut, dan janganlah kalian ikuti jalan-jalan yang
lain*** . ”

Mu’adz bin Jabal berkata:
“Aku pernah diboncengkan Nabi di atas keledai,
kemudian beliau berkata kepadaku: “wahai Muadz, tahukah kamu apakah hak Allah yang harus dipenuhi oleh hamba-hamba-Nya, dan apa hak hamba-hamba-
Nya yang pasti dipenuhi oleh Allah? Aku menjawab:
“Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”,
kemudian beliau bersabda: “Hak Allah yang harus
dipenuhi oleh hamba-hamba-Nya ialah hendaknya
mereka beribadah kepada-Nya dan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, sedangkan
hak hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah ialah
bahwa Allah tidak akan menyiksa orang-orang yang
tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, lalu
aku bertanya: "ya Rasulullah, bolehkah aku
menyampaikan berita gembira ini kepada orang-
orang? beliau menjawab: “Jangan engkau lakukan itu,
karena khawatir mereka nanti bersikap pasrah.” (HR.
Bukhari, Muslim).

Pelajaran penting yang terkandung dalam bab ini:
1. Hikmah diciptakannya jin dan manusia oleh
Allah.
2. Ibadah adalah hakekat (tauhid), sebab
pertentangan yang terjadi antara Rasulullah dengan kaumnya adalah dalam masalah tauhid
ini.
3. Barangsiapa yang belum merealisasikan tauhid
ini dalam hidupnya, maka ia belum beribadah
(menghamba) kepada Allah. inilah
sebenarnya makna firman Allah:
“Dan sekali-kali kamu sekalian bukanlah
penyembah (Tuhan) yang aku sembah.” (QS. Al
Kafirun: 3).
4. Hikmah diutusnya para Rasul [adalah untuk
menyeru kepada tauhid, dan melarang
kemusyrikan].
5. Misi diutusnya para Rasul itu untuk seluruh
umat.
6. Ajaran para Nabi adalah satu, yaitu tauhid
[mengesakan Allah saja].
7. Masalah yang sangat penting adalah: bahwa
ibadah kepada Allah tidak akan terealisasi
dengan benar kecuali dengan adanya
pengingkaran terhadap thaghut.
Dan inilah maksud dari firman Allah:
“Barang siapa yang mengingkari thaghut dan
beriman kepada Allah, maka ia benar-benar
telah berpegang teguh kepada tali yang paling
kuat.” (QS. Al Baqarah: 256).
8. Pengertian thaghut bersifat umum, mencakup
semua yang diagungkan selain Allah.
9. Ketiga ayat muhkamat yang terdapat dalam
surat Al An’am menurut para ulama salaf
penting kedudukannya, di dalamnya ada 10
pelajaran penting, yang pertama adalah
larangan berbuat kemusyrikan. 10. Ayat-ayat muhkamat yang terdapat
dalam surat Al Isra mengandung 18 masalah,
dimulai dengan firman Allah:
“Janganlah kamu menjadikan bersama Allah
sesembahan yang lain, agar kamu tidak menjadi
terhina lagi tercela.” (QS. Al Isra’: 22).
Dan diakhiri dengan firmanNya:
“Dan janganlah kamu menjadikan bersama
Allah sesembahan yang lain, sehingga kamu
(nantinya) dicampakkan ke dalam neraka
Jahannam dalam keadaan tercela, dijauhkan
(dari rahmat Allah).” (QS. Al Isra’: 39).
Dan Allah mengingatkan kita pula tentang
pentingnya masalah ini, dengan firman-Nya:
“Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan
Tuhanmu kepadamu.” (QS. Al Isra’: 39).
11. Satu ayat yang terdapat dalam surat An–
Nisa’, disebutkan di dalamnya 10 hak, yang
pertama Allah memulainya dengan firman-Nya:
“Beribadahlah kamu sekalian kepada Allah
(saja), dan janganlah kamu mempersekutukan-
Nya dengan sesuatu pun.” (QS. An Nisa’: 36 ).
12. Perlu diingat wasiat Rasulullah r di saat
akhir hayat beliau.
13. Mengetahui hak-hak Allah yang wajib
kita laksanakan.
14. Mengetahui hak-hak hamba yang pasti
akan dipenuhi oleh Allah apabila mereka
melaksanakannya.
15. Masalah ini tidak diketahui oleh sebagian
besar para sahabat (****).
16. Boleh merahasiakan ilmu pengetahuan
untuk maslahat.
17. Dianjurkan untuk menyampaikan berita
yang menggembirakan kepada sesama muslim.
18. Rasulullah merasa khawatir terhadap
sikap menyandarkan diri kepada keluasan
rahmat Allah.
19. Jawaban orang yang ditanya, sedangkan
dia tidak mengetahui adalah: “Allah dan Rasul-
Nya yang lebih mengetahui. 20. Diperbolehkan memberikan ilmu kepada
orang tertentu saja, tanpa yang lain.
21. Kerendahan hati Rasulullah, sehingga
beliau hanya naik keledai, serta mau
memboncengkan salah seorang dari
sahabatnya.
22. Boleh memboncengkan seseorang di atas
binatang, jika memang binatang itu kuat.
23. Keutamaan Muadz bin Jabal.
24. Tauhid mempunyai kedudukan yang
sangat penting.


catatan kaki

(*) Ibadah ialah penghambaan diri kepada Allah taíala dengan mentaati segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, sebagaimana yang telah
disampaikan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan inilah
hakekat agama Islam, karena Islam maknanya ialah penyerahan diri kepada
Allah semata, yang disertai dengan kepatuhan mutlak kepada-Nya, dengan
penuh rasa rendah diri dan cinta.
Ibadah berarti juga segala perkataan dan perbuatan, baik lahir maupun
batin, yang dicintai dan diridhai oleh Allah. Dan suatu amal akan diterima
oleh Allah sebagai ibadah apabila diniati dengan ikhlas karena Allah
semata; dan mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

(**) Thoghut ialah : setiap yang diagungkan - selain Allah dengan disembah,
ditaati, atau dipatuhi ; baik yang diagungkan itu berupa batu, manusia
ataupun setan.
Menjauhi thoghut berarti mengingkarinya, tidak menyembah dan
memujanya, dalam bentuk dan cara apapun.

(***) Atsar ini diriwayatkan oleh At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Abi Hatim.

(****) Tidak diketahui oleh sebagian besar para sahabat, karena Rasulullah
menyuruh Muadz agar tidak memberitahukannya kepada meraka, dengan
alasan beliau khawatir kalau mereka nanti akan bersikap menyandarkan
diri kepada keluasan rahmat Allah. Sehingga tidak mau berlomba-lomba
dalam mengerjakan amal shaleh. Maka Muíadz pun tidak memberitahukan
masalah tersebut, kecuali di akhir hayatnya dengan rasa berdosa. Oleh
sebab itu, di masa hidup Muíadz masalah ini tidak diketahui oleh
kebanyakan sahabat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar