Rabu, 02 Juni 2010

memeperhatikan anak pada usia enam tahun pertama oleh syaikh

MEMPERHATIKAN ANAK PADA USIA ENAM TAHUN PERTAMA

Periode pertama dalam ke hidupan anak (usia e nam tahun pe rtama) merupakan periode yang amat kritis dan paling pe nting. Periode ini me mpunyai pe ngaruh yang sangat me ndalam dalam pe mbentukan pribadinya. Apapun yang te rekam dalam benak anak pada periede ini, nanti akan tampak pe ngaruh-pe ngaruhnya dengannyata pada ke pribadiannya ketika menjadi dewasa. (Aisyah Abdurrahman Al Jalal, Al Muatstsirat as Salbiyah.)

Karena itu, para pe ndidik perlu membe rikan banyak pe rhatian pada pe ndidikan anak dalam pe riode ini. Aspe k-aspe k yang wajib diperhatikan oleh ke dua orangtua dapat kami ringkaskan se bagai berikut:

1. Me mbe rikan kasih sayang yang diperlukan anak dari pihak ke dua orangtua, terutama ibu.

Ini perlu se kali, agar anak belajar mencintai orang lain. Jika anak tidak merasakan cintakasih ini,maka akan tumbuh me ncintai dirinya sendiri saja dan membe nci orangdise kitamya. "Se orang ibu yang muslimah harus me nyadari bahwa tidak ada suatu apapun yang me sti me nghalanginya untuk me mberikan ke pada anak ke butuhan alaminya be rupa kasih sayang dan perlindungan. Dia akan merusak se luruh eksiste nsi anak, jika tidak me mbe rikan haknya dalam perasaan-perasaan ini, yang dikaruniakan Allah dengan rahmat dan hikmah-Nya dalam diri ibu, yang me mancar dengan sendirinya untuk memenuhi ke butuhan anak." (Muhammad Quthub, Manhaiut Tarbiyah Al Islamiyah, juz 2.)

Maka sang ibu hendaklah senantiasa me mperhatikan hal ini dan tidak sibuk de ngan kegiatan karir di luar rumah, pe rselisihan dengan suami atau ke sibukan lainnya.

2. Me mbiasakan anak berdisiplin mulai dari bulan-bulan pe rtama dari awal kehidupannya.

Kami kira, ini bukan se suatu yang tidak mungkin. Telah te rbukti bahwa me mbiasakan anak untuk menyusu dan buang hajat pada waktu-waktu tertentu dan tetap, se suatu yang mungkin meskipun melalui usaha yang berulang kali se hingga motorik tubuh akan terbiasa dan terlatih de ngan hal ini.
Ke disiplinan akan tumbuh dan bertambah se suai de ngan pe rtumbuhan anak, se hingga mampu untuk mengontrol tuntutan dan ke butuhannya pada masa mendatang.

3. He ndaklah kedua orangtua menjadi teladan yang baik bagi anak dari permulaan kehidupannya.

Yaitu dengan me netapi manhaj Islam dalam perilaku me re ka secara umum dan dalam pe rgaulannya dengan anak se cara khusus. Jangan me ngira kare na anak masih ke cil dan tidak me ngerti apa yang tejadi di se kitarnya, sehingga ke dua orangtua melakukan tindakan-tindakan yang salah di hadapannya. Ini mempunyai pengaruh yang be sar sekali pada pribadi anak. "Kare na ke mampuan anak untuk me nangkap, de ngan sadar atau tidak, adalah be sar se kali.

Terkadang mele bihi apa yang kita duga. Se mentara kita me lihatnya se bagai makhluk kecil yang tidak tahu dan tidak me ngerti. Memang, sekalipun ia tidak mengetahui apa yang dilihatnya, itu se mua be rpengaruh baginya. Se bab, di sana ada dua alat yang sangat pe ka se kali dalam diri anak yaitu alat pe nangkap dan alat pe niru, meski ke sadarannya mungkin terlambat se dikit atau banyak.

Akan tetapi hal ini tidak dapat me rubah se suatu se dikitpun. Anak akan me nangkap se cara tidak sadar, atau tanpa kesadaran puma, dan akan meniru secara tidak sadar, atau tanpa ke sadaran purna, segala yang dilihat atau didengar di se kitamya." (Ibid.)

4. Anak dibiasakan dengan etiket umum yang me sti dilakukan dalam pe rgaulannya.

Antara lain: (Silahkan lihat Ahmad Izuddin Al Bayanuni,

MinhajAt T arbiyahAsh Shalihah.)

• Dibiasakan me ngambil, membe ri, makan dan minum dengan tangan kanan. Jika makan dengan tangan kiri, diperingatkan dan dipindahkan makanannya ke tangan kanannya secara halus.

• Dibiasakan mendahulukan bagian kanan dalam be rpakaian. Ketika mengenakan kain, baju, atau lainnya memulai dari kanan; dan ketika mele pas pakaiannya me mulai dari kiri.

• Dilarang tidur tertelungkup dandibiasakan —tidur dengan miring ke kanan.

• Dihindarkan tidak memakai pakaian atau celana yang pende k, agar anak tumbuh de ngan kesadaran me nutup aurat dan malu me mbukanya.

• Dicegah menghisap jari dan me nggigit kukunya.

• Dibiasakan se derhana dalam makan dan minum, dan dijauhkan dari sikap rakus.
• Dilarang be rmain dengan hidungnya.

• Dibiasakan membaca Bismillah ketika he ndak makan.

• Dibiasakan untuk me ngambil makanan yang terde kat dan tidak me mulai makan se belum orang lain.

• Tidak memandang de ngan tajam ke pada makanan maupun ke pada orang yang makan.

• Dibiasakan tidak makan de ngan tergesa-gesa dan supaya mengunyah makanan de ngan baik.

• Dibiasakan memakan makanan yang ada dan tidak me ngingini yang tidak ada.

• Dibiasakan ke be rsihan mulut denganmenggunakan siwak atau sikat gigi setelah makan, se belum tidur, dan sehabis bangun tidur.

• Dididik untuk me ndahulukan orang lain dalam makanan atau permainan yang disenangi, de ngan dibiasakan agar menghormati saudara-saudaranya, sanak familinya yang masih kecil, dan anak-anak te tangga jika me reka melihatnya se dang me nikmati se suatu makanan atau pe rmainan.

• Dibiasakan mengucapkan dua kalimat syahadat dan me ngulanginya be rkali-kali setiap hari.
• Dibiasakan membaca "AZhamdulillah" jika bersin, dan me ngatakan "Yarhamukallah" ke pada orang yang be rsin jika me mbaca "Alhamdulillah".

• Supaya me nahan mulut dan menutupnya jika me nguap, dan jangan sampai bersuara.

• Dibiasakan be rterima kasih jika mendapat suatu ke baikan, se kalipun hanya se dikit.

• Tidak memanggil ibu dan bapak de ngan namanya, te tapi dibiasakan memanggil dengan kata-kata: Ummi (Ibu), dan Abi (Bapak).

• Ke tika be rjalan jangan me ndahului ke dua orangtua atau siapa yang le bih tua darinya, dan tidak me masuki te mpat le bih dahulu dari ke duanya untuk me nghormati mere ka.

• Dibiasakan be jalan kaki pada trotoar, bukan di te ngah jalan.

• Tidak membuang sampah dijalanan, bahkan me njauhkan kotoran darinya.

• Me ngucapkan salam de ngan sopan ke pada orang yang dijumpainya dengan me ngatakan "Assalamu
'Alaikum" serta me mbalas salam orang yang me ngucapkannya.

• Diajari kata-kata yang be nar dan dibiasakan de ngan bahasa yang baik.

• Dibiasakan me nuruti perintah orangtua atau siapa saja yang le bih besar darinya, jika disuruh se suatu yang diperbolehkan.

• Bila membantah dipe ringatkan supaya kembali ke pada ke benaran dengan suka rela, jika me mungkinkan. Tapi kalau tidak, dipaksa untuk me nerima ke benaran, karena hal ini le bih baik daripada tetap me mbantah dan me mbandel.

• He ndaknya ke dua orangtua mengucapkan terima kasih ke pada anak jika menuruti pe rintah dan me njauhi larangan. Bisa juga sekali-kali me mberikan hadiah yang disenangi berupa makanan, mainan atau diajak jalan-jalan.

• Tidak dilarang be rmain selama masih aman, se pe rti be rmain de ngan pasir dan permainan yang dipe rbole hkan, se kalipun me nye babkan bajunya kotor. Karena permainan pada periode ini pe nting se kali untuk pe mbentukan jasmani dan akal anak.

• Ditanamkan ke pada anak agar senang pada alat pe rmainan yang dibolehkan se perti bola, mobil- mobilan, miniatur pesawat terbang, dan lain- lainnya. Dan ditanamkan ke padanya agar membe nci alat permainan yang me mpunyai be ntuk terlarang se perti manusia dan hewan.

• Dibiasakan menghormati milik orang lain, de ngan tidak me ngambil permainan ataupun makanan orang lain, se kalipun pe rmainan atau makanan saudaranya sendiri.



MEMPERHATIKAN ANAK PADA USIA SETELAH ENAM TAHUN PERTAMA

Pada pe riode ini anak me njadi le bih siap untuk be lajar se cara teratur. Ia mau me nerima pe ngarahan le bih banyak, dan le bih bisa me nyesuaikan diri de ngan teman-teman se permainannya. Dapat kita katakan, pada pe riode ini anak le bih mengerti dan le bih semangat untuk belajar dan me mperoleh ketrampilan-ketrampilan, karenanya ia bisa diarahkan secara langsung. Oleh se bab itu, masa ini te rmasuk masa yang paling pe nting dalam pendidikan dan pe ngarahan anak. Kita, Insya Allah, akan membicarakan tentang aspe k-aspe k te rpe nting yang pe rlu dipe rhatikan ole h para pe ndidik pada pe riode ini. Yaitu:

1. Pengenalan Allah dengan cara yang sederhana.

Pada pe riode ini dikenalkan ke pada anak te ntang Allah
'Azza Wajalla dengan cara yang sesuai de ngan penge rtian dan tingkat pe mikirannya. Diajarkan ke padanya:

• Bahwa Allah Esa, tiada se kutu bagi-Nya.

• Bahwa Dialah Pe ncipta se gala sesuatu. Pencipta langit, bumi, manusia, hewan, pohon-pohonan, sungai dan lain-lainnya. Pendidik dapat me manfaatkan situasi tertentu untuk bertanya ke pada anak, misalnya ke tika be jalan-jalan di taman atau padang, tentang siapakah Pencipta air, sungai,bumi,pe pohonan dan lain-lainnya, untuk me nggugah pe rhatiannya ke pada keagungan Allah.

• Cinta ke pada Allah, de ngan ditunjukkan ke padanya nikmat-nikmat yang dikaruniakan Allah untuknya dan untuk ke luarganya. Misalnya, anak ditanya: Siapakah yang memberimu pe ndengaran, pe nglihatan dan akal? Siapakah yang memberimu ke kuatan dan ke mampuan untuk be rgerak? Siapakah yang me mberi rizki dan makanan untukmu dan keluargamu? Demikianlah, ditunjukkan ke padanya nikmat-nikmat yang nyata dan dianjurkan agar cinta dan syukur ke pada Allah atas nikmat yang banyak ini. Metode ini dise butkan dalam Al Qur'an, dalam banyak ayat Allah menggugah minat para hamba-Nya agar me mpe rhatikan segala nikmat yang dikaruniakan-Nya, se perti firman-Nya:

"Tidakkah kamu perhatian sesungguhnya Allah te lah menundukkan untuk ke pentinganmu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan me nyempumakan untukmu nikmatnya lahir dan batin..."(Surah Luqman : 20).

"Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah ke padamu Adakah pencipta selain Allah yang dapat me mbe rikan rizki ke padamu dari langit dan bumi...."(Surah Fathir

:3).
Dan de ngan rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu me ncari se bahagian dai karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu be rsyukur ke padan-Nya." (Surah Al Qashash : 73).

2. Pengajaran sebagian hukum yang jelas dan tentang halal-haram.

Diajarkan ke pada anak menutup aurat, be rwudhu, hukum- hukum thaharah (bersuci) dan pe laksanaan shalat. Juga dilarang dari hal-hal yang haram, dusta, adu domba, me ncuri dan melihat ke pada yang diharamkan Allah. Pokoknya, disuruh menetapi syariat Allah se bagaimana orang dewasa dan dice gah dari apa yang dilarang se bagaimana orang dewasa, sehingga anak akan tumbuh de mikian dan me njadi te rbiasa. Kare na bila se menjak ke cil anak dibiasakan dengan sesuatu, maka kalau sudah dewasa akan menjadi ke biasaannya.

Agar diupayakan pula pe ngajaran ilmu pengetahuan ke pada anak, se bagaimana kata Sufyan Al Tsauri: "Se orang bapak barns me nanamkan ilmu pada anaknya, kare na dia pmanggung jawabnya." (Muhammad Hasan Musa, Nuzharul Fudhala' Tahdzib Siar A'lamin Nubala :Juz 1.)

3. Pengajaran baca Al Qur'an.

Al Qur'an adalah jalan lurus yang tak me ngandung suatu ke batilan apapun. Maka amat baik jika anak dibiasakan me mbaca Al Qu~an dengan be nar, dan diupayakan se maksimalnya agar me ngbafal Al Qur'an atau se bagian be sar darinya dengan dibe ri dorongan melalui berbagaicara.
Karena itu, ke dua orangtua be ndaklah be rusaha agar pute ra puterinya masuk pada salah satu se koiah tahfizh Al Qur'an; kalau tidak bisa, diusahakan masuk pada salah satu halaqah tahfizh. Diriwayatkan Abu Dawud dari Mu'adz bin Anas bahwa Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda:
"Barang siapa me mbaca Al-quran dan mengamalkan kandungan isinya, niscaya Allah pada hari kiamat me ngenakan ke pada ke da orang tuanya se buah mahkota yang cahayanya le bih indah daripada cahaya matahari di rumah-rumah dunia. Maka apa pe ndapatmu tentang orang yang mengamalkan hal ini".

Para salaf dahulu pun sangat me mperhatikan pe ndidikan tahfizh Al Qur'an bagi anak-anak mere ka. Syaikh Yasin bin Yusuf Al Marakisyi menceritakan ke pada kita tentang imam AnNawawi, Rahimahullah, katanya: "Aku melihat be liau ketika masih berumur 10 tahun di Nawa. Para anak ke cil tidak mau be rmain dengannya dan iapun be rlari dari me re ka seraya menangis, kemudian ia membaca Al Qur'an. Maka tertanamlah dalam hatiku rasa cinta ke padanya. Ke tika itu bapaknya me nugasinya menjaga toko, te tapi ia tidak mau be jualan dan menyibukkan diri dengan Al Qur'an. Maka aku datangi gurunya dan berpesan ke padanya bahwa anak ini diharapkan akan menjadi orang yang paling alim dan zuhud pada zamannya sertabe rmanfaat bagi umat manusia. Ia pun be rkata ke padaku: Tukang ramalkah Anda? Jawabku: Tidak, tetapi Allah-lah yang me mbuatku be rbicara te ntang hal ini. Bapak guru itu ke mudian me nceritakan ke pada orangtuanya, sehingga me mperhatikan beliau de ngan sungguh-sungguh sampai dapat khatam Al Qur'an ketika menginjak dewasa."

4. Pengajaran hak-hak kedua orangtua,

Diajarkan ke pada anak untuk be rsikap hormat, taat dan be rbuat baik ke pada ke dua orangtua, se hingga terdidik dan te rbiasa demikian. Anak sering bersikap durhaka dan me langgar hak-hak orangtua dise babkan kare na kurangnya pe rhatian orangtua dalam mendidik anak dan tidak me mbiasakannya be rbuat ke baikan sejak usia dini.

Firman Allah Ta'ala :

'Dan Tuhanmu telah me merintahkan supaya kamu jangan be ribadah ke pada selain Dia dan hendaklah kamu be rbuat baik pada ibu ba pakmu de ngan se baik-baiknya. Jika salah se orang diantara ke duanya atau ke dua-duanya sampai be rumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka se kali-kali janganlah kamu mengatakan ke pada ke duanya pe rkataan
"ah" dan janganlah kamu me mbentak me re ka dan ucapkanlah ke pada mere ka perkataan yang mulia. Dan re ndahkanlah dirimu terhadap me reka be rdua de ngan pe nuh kesanyangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mere ka ke duanya, se bagaimana mere ka berdua te lah me ndidik aku waktu kecil." (Surah Al-Isra': 23-24).

Diriwayatkan dari Abu HurairahRadhiyallahu 'Anhu bahwa

Nabi be rsabda:

"Te rhinalah, terhinalah, dan terhinalah sese orang yang me ndapatkan salah se orang dari ke dua orang tuanya atau ke dua-duanya berusia lanjut, tetapi tidak dapat masuk surga"

Be rikut ini kisah se orang anak muda yang berbuat baik ke pada bapaknya, dise butkan dalam kitab 'Uyunul Akhbar :

"Al Ma'mun rahimahullah be rkata: Belum pernah saya me lihat se seorang yang amat be rbuat baik ke pada bapaknya daripada Al Fadhl bin Yahya. Kare na ke baikannya, sampai ba paknya (Yahya) tidak berwudhu kecuali de ngan air hangat. Ke tika ke duanya be rada dalam pe njara, para sipir me larang memasukkan kayu bakar di malam yang ding-in. Maka Al Fadhl, ketika bapaknya tidur, bangun me ngambil te ko yang biasa dia pergunakan untuk memanaskan air, lalu ia isi air dan ia dekatkan pada api lampu. Ia pun tetap be rdiri me megangi te ko sampai pagi. Ia lakukan hal ini untuk berbuat baik ke pada bapaknya agar dapat berwudhu dengan air hangat."

5. Pengenalan tokoh-tokoh teladan yang agung dalam

Islam.

Tokoh teladan kita yang utama yaitu Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam, kemudian para sahabat yang mulia Radhiallahu 'Anhum dan pe ngikut me reka dengan baik yang me njadi contoh terindah dalam se gala aspe k kehidupan. Maka dike nalkan ke pada anak te ntang me reka, diajarkan se jarah dan kisah me reka supaya meneladani perbuatan agung mere ka dan mencontoh sifat baik mere ka se pe rti ke be ranian, ke prajuritan, kejujuran, ke sabaran, kemuliaan, kete guhan pada ke benaran dan sifat-sifat lainnya.

Kisah atau kejadian yang diceritakan ke pada anak he ndaklah sesuai dengan tingkat pe ngertiannya, tidak me mbosankan, dan difokuskan pada pe nampilan serta pe njelasan aspe k-aspe k yang baik saja se hingga mudah diterima oleh anak.

Misalnya, diceritakan ke pada anak kisah Rasulullah be rsama orang Yahudi yang menuntut ke pada be liau agar me mbayar uang pinjamannya, se bagai contoh akhlak baik be liau:
Diriwayatkan bahwa ada se orang Yahudi yang me minjamkan uang ke pada Rasulullah lalu hendak me nagih hutangnya se belum habis masanya. Maka dice gatnya Rasulullah di tengah jalan kota Madinah seraya be rkata: "Sungguh, kalian anak ke turunan Abdul Muthalib adalah orang-orang yang suka me nangguhkan

/bayarhutang)"
Umar pun me lihat ke jadian itu dan amat marah, lalu be rkata: "Izinkanlah aku wahai Rasulullah, biar kupe nggal le hernya!" Tapi Nabi be rsabda: "Aku dan kawanku sangat tidak me nginginkan hal itu, wahai Umar. Suruhlah ia be rperkara dengan baik dan suruhlah aku menyelesaikan dengan baik."

Ke mudian beliau be rpaling ke pada orangYahudi dan be rsabda: "Hai Yahudi, piutangmu akan dibayarkan besok.""

Contoh kisah tentang ke beranian dan ketabahan, diriwayatkan oleh Mu'adz bin Amr katanya: Pada waktu Perang Badar kujadikan Abu Jahal se bagai sasaranku. Be gitu ada kesempatan, aku serang dia dan kupukul se hingga terpotong se paruh be tis kakinya. Se mentara, anaknya Ikrimah bin Abu Jahal me mukulku pada le ngan hingga terputus tanganku tetapi masih mene mpel de ngan kulit pada sisiku. Namun pe pe rangan me mbuatku tak pe rduli de ngannya, karena aku ke tika ifu berpe rang se panjang hari sambil menyere t tanganku dibelakang. Se telah terasa sakit karenanya, kuletakkan kakiku di.atasnya ialu kutarik hingga terputus." Se jarah umat Islam pe nuh de ngan tokoh-tokoh agung dan kisah-kisah me narik yang menunjukkan ke utamaan dan makna yang indah.
6. Pengajaran etiket umum.

Se pe rti e tike t me ngucapkan salam dan meminta izin, etike t be rpakaian, makan dan nninum,etiket be rbicara dan be rgaul dengan orang lain. Juga diajarkan bagaimana be rgaul de ngan ke dua orangtua, sanak famili yang tua, kole ga orangtua, guru-gurunya, kawan-kawannya dan te man se permainannya.

Diajarkan pula me ngatur kamamya sendiri, menjaga ke be rsihan rumah, me nyusun alat be rmain, bagaimana be rmain tanpa mengganggu orang lain dan bagaimana be rtingkah laku di masjid dan dise kolahan.

Pe gajaran be rbagai hal di atas dan juga lainnya pertama- tama harus be rsumber ke pada Sunnah Rasulullah , lalu pe ri kehidupan para salaf yang shaleh, ke mudian karya tulis para pakar dalam bidang pendidikan dan tata pe rgaulan.
7. Pengembangan rasa percaya diri dan tanggung jawab dalam diri anak.

Anak-anak se karang ini adalah pe mimpin hari e sok. Karena itu, harus dipersiapkan dan dilatih me nge mban tanggung jawab dan me laksanakan tugas yang nantinya akan mere ka lakukan.

Hal itu bisa direalisasikan dalam diri anak melalui pe mbinaan rasa percaya diri, pe nghargaan jati dirinya, dan dibe rikan ke pada anak ke sempatan untuk menyampaikan pe ndapatnya dan apa yang terbe tik dalam pikirannya, serta dibe rikan ke padanya dorongan agar mengerjakan urusannya sendiri, bahkan ditugasi dengan pe kejaan rumah tangga yang se suai untuknya. Misalnya, disuruh untuk me mbeli be berapa ke perluan rumah dari warung terde kat; anak pere mpuan dibe ri tugas mencuci piring dan gelas atau me ngasuh adik. Pe mberian tugas ke pada anak ini bertahap se dikit demi sedikit se hingga me reka terbiasa mengemban tanggung jawab dan melaksanakan tugas yang sesuai bagi me re ka.

Termasuk pembe rian tanggung jawab ke pada anak, ia harus me nanggung re siko pe rbuatan yang dilakukannya. Maka diajarkan ke pada anak bahwa ia bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukannya se rta dituntut untuk me mperbaiki apa yang telah dirusaknya dan meminta maaf atas kesalahannya.

Perhatikan kisah berikut yang menunjukkan rasa percaya diri: Diriwayatkan oleh Al Hafizh Ibnu Asakir, ke tika Abdullah bin Az Zubair se dang be rnain-main dengan anak- anak se bayanya, lewatlah khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu 'Anhtr.

Maka larilah se mua anak karena takut ke pada be liau, kecuali Abdullah bin Az Zubair yang masih tinggal di te mpat. Lalu Umar me nghampirinya dan bertanya ke padanya: "Kenapa kamu tidak lari be rsama te man- te manmu,nak?" De ngan be rani dan tenang Abdullah me njawab: "Ya Amirul Mu'minin!

Aku bukan se orang yang bersalah se hingga harus takut, dan jalan pun tidak sempit se hingga aku harus minggir.

Se orang anak jika terdidik untuk percaya diri akan mampu me ngemban tanggung jawab yang be sar. Se bagaimana pute ra-pute ra para sahabat, me reka be rusaha sungguh- sungguh agar dapat ikut bersama para mujahidin Fisabilillah; sampai salah se orang di antara mereka ada yang menangis kare na Rasulullah belum me ngizinkannya ikut be rperang bersama pasukan, tetapi karena simpati te rhadapnya be liau pun me ngizinkannya; dan akhimya ia te rmasuk salah satu syuhada dalam pe perangan itu.

Rasulullah juga pernah mengangkat Usamah bin Zaid se bagai komandan pasukan yang di antara anggotanya te rdapat Abu Bakar dan Umar, se kalipun masih muda be lia te tapi ia orang yang te pat untuk jabatan itu. Lalu, di manakah anak-anak kita se karang ini yang mampu me nduduki puncak yang tinggi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar